Fakta Desa, International - Warga Kota Gaza banyak yang terjebak di rumah-rumah akibat serangan intens Israel pada Kamis (11/7/2024). Bahkan mayat-mayat tergeletak di jalanan.
Serangan intens ini terjadi di tengah AS mendorong kesepakatan damai dalam pembicaraan di Mesir dan Qatar.
Kelompok Hamas menyatakan, serangan besar-besaran Israel di Kota Gaza minggu ini bisa menghancurkan upaya untuk mengakhiri perang ketika perundingan telah memasuki tahap akhir.
Kota Gaza yang merupakan rumah bagi lebih dari seperempat penduduk Gaza sebelum perang, hancur pada minggu-minggu pertama pertempuran tahun lalu. Namun ratusan ribu warga Palestina yang telah kembali ke rumah mereka di reruntuhan tersebut kini sekali lagi diperintahkan untuk keluar oleh militer Israel.Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pihaknya mendapat laporan mengenai orang-orang yang terjebak dan lainnya tewas di dalam rumah mereka di distrik Tel Al Hawa dan Sabra di Kota Gaza, dan tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka.
Layanan Darurat Sipil memperkirakan setidaknya 30 orang tewas di wilayah Tel Al-Hawa dan Rimal dan tidak dapat menemukan jenazah di jalan-jalan di sana.
Meskipun ada instruksi militer pada hari Rabu kepada penduduk Kota Gaza bahwa mereka dapat menggunakan dua “rute aman” untuk menuju ke selatan, banyak warga yang menolak untuk mengindahkan perintah tersebut.
Beberapa orang mengunggah hashtag di media sosial: "Kami tidak akan pergi".
"Kami akan mati tapi tidak akan pergi ke selatan. Kami telah menoleransi kelaparan dan bom selama sembilan bulan dan kami siap mati sebagai martir di sini," kata Mohammad Ali (30) kepada Reuters.
Ali yang keluarganya telah beberapa kali pindah ke kota tersebut, mengatakan mereka kekurangan makanan, air dan obat-obatan.
"Penjajah mengebom Kota Gaza seolah-olah perang akan dimulai kembali. Kami berharap akan ada gencatan senjata segera, tapi jika tidak, maka itu adalah kehendak Tuhan," ungkap dia.
Kantor media pemerintah Gaza yang dikelola Hamas mengatakan pasukan Israel telah keluar dari pinggiran Shejaia di timur Gaza setelah lebih dari dua minggu invasi militer baru, yang menewaskan puluhan orang dan kawasan pemukiman hancur.
Di tepi selatan daerah kantong di Rafah dekat perbatasan dengan Mesir, di mana tank-tank telah beroperasi di sebagian besar kota sejak Mei, warga mengatakan tentara terus meledakkan rumah-rumah di wilayah barat dan tengah.
Perundingan di Qatar dan Mesir mengikuti konsesi penting pekan lalu dari Hamas, yang menyetujui bahwa gencatan senjata dapat dimulai dan beberapa sandera dibebaskan tanpa terlebih dahulu Israel menyetujui untuk mengakhiri perang.
Sementara dua pejabat Hamas yang dihubungi oleh Reuters belum memberikan komentar mengenai isi pembicaraan yang sedang berlangsung, yang dipimpin oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat.
Sementara dua pejabat Hamas yang dihubungi oleh Reuters belum memberikan komentar mengenai isi pembicaraan yang sedang berlangsung, yang dipimpin oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat.
"Akan ada pertemuan hari ini antara Hamas dan para mediator untuk memeriksa tanggapan apa yang mereka terima," kata seorang pejabat Palestina yang dekat dengan mediasi tersebut.
Pimred : Arry Kurniawan
Sumber : Rueters
Sumber : Rueters